Seringkali kita mendengarkan suara, seperti suara kendaraan bermotor,
suara kereta, juga suara kekasih yang terdengar merdu namun berbeda
dengan suara dari jiwa yang masih suci yaitu suara anak-anak kita yang
mampu menggetarkan jiwa. Suara tangisnya, suara tawanya bahkan
teriakan-teriakanny a seolah mampu membelah bumi.
Begitu juga Hana, putri saya. Setiap Hana memanggil saya, "ayah.."
suara itu menggetarkan jiwa, suaranya mampu mengiris hati. Terbayang
Hana yang masih bayi, mulai tumbuh merangkak, berjalan sampai pernah
jatuh dari meja karena saya lalai menjaganya dan jidatnya menjadi
benjol. Ibunya marah-marah karena tidak tega melihat tangisnya Hana
yang sakit. Hati saya terasa perih mendengar Hana menangis yang kesakitan.
Keperihan hati seorang ayah adalah wujud cinta dan kasih sayang kepada
putrinya. Ikatan batin seorang ayah dengan putrinya begitu indah,
seindah wujud kasih sayang itu sendiri. Saya teringat satu kisah Nabi
SAW, ketika Nabi di Thaif, sekelompok anak anak kecil dan juga orang
dewasa berlomba menimpuki Nabi dengan batu dan kotoran unta, Fathimah
yang masih sangat belia tampil dengan perangai seorang ibu yang cemas
dengan putranya.
Dibersihkan kotoran dan darah yang berada pada pada wajah ayahnya.
Air mata Nabi tak mampu beliau sembunyikan ketika melihat putri
tercintanya. Seorang anak yang sepatutnya sedang asyik bermain dengan
teman seusianya sekarang justru berada dipangkuan ayahnya, menghalangi
siapapun yang akan melukai ayahnya. Fathimahpun menangis, dengan
suara bergetar penuh keharuan nabi menyeka tiap butiran air mata yang
mengalir di pipi mungil putrinya sambil berkata, ' habibati Fathimah
la tabki',' belahan jiwaku Fathimah janganlah engkau menangis'.
Begitulah ucapan Nabi ketika tangan suci putrinya menyeka darah yang
mengalir dikeningnya. Ummu Abiha, ibu dari ayahnya adalah gelar yang
Rasulullah peruntukkan kepada putrinya. Satu satunya gelar yang belum
pernah ada dalam sejarah kecuali untuk Fathimah Azzahra as. Duka dan
kesedihan selalu mengiringi kehidupan keluarga nabi, akan tetapi
Fathimah senantiasa menyembunyikan kedukaannya selama sang ayah berada
disampingnya. Kecintaan assayyidah Fathimah begitu tinggi terhadap
ayahnya dan begitu pula Rasul SAW kepada putrinya hingga beliau
bersabda, "Fathimah adalah belahan jiwaku, siapapun yang mencintai
Fathimah berarti dia mencintaiku. "
No comments:
Post a Comment